Rupiah Rawan ke 16.000, Dolar Tambah Perkasa
Dolar semakin perkasa menekan rupiah hingga menembus ke atas Rp15.800/US$ lantaran ketidakpastian semakin meningkat mendekati pertemuan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) akhir bulan ini.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ambruk ke angka Rp15.820/US$ atau anjlok 0,73% pada penutupan perdagangan kemarin, Kamis (25/1/2024). Sebagai catatan, belum genap Januari berakhir mata uang Garuda sudah anjlok lebih dari 2%.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada kemarin hingga pukul 15.03 WIB tercatat 0,1% ke posisi 103,23. DXY telah menguat 1,87% sejak awal 2024.
Rupiah tertekan data PMI Manufaktur Flash AS yang naik lebih tinggi dari konsensus dan periode satu bulan sebelumnya, yakni dari 47,9 menjadi 50,3.
Sedangkan, PMI Composite AS pada Januari 2024 secara flash menunjukkan ada kenaikan PMI dari 50,9 menjadi 52,3 dan lebih tinggi dari perkiraan yang proyeksi turun ke posisi 50,3.
Nilai PMI manufaktur di atas 50, menunjukkan kondisi manufaktur AS di fase ekspansif.
Data PMI menjadi hal yang penting karena semakin tingginya PMI, maka aktivitas manufaktur AS akan bergerak cukup panas dan berpotensi membuat inflasi semakin sulit dikendalikan.
Sementara data ketenagakerjaan AS juga masih terbilang cukup panas bahkan di atas ekspektasi pasar.
Data pekerjaan di luar pertanian atau Non-Farm Payroll (NFP) pun tercatat naik ke 216.000 pada Desember 2023. Nilai tersebut diluar perkiraan yang proyeksi turun ke 170.000, dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 173.000 pekerjaan.
Meskipun begitu, semalam terlihat sedikit angin segar dari data yang dirilis Biro Ketenagakerjaan AS pada Kamis malam (24/1/2024), melaporkan peningkatan klaim awal tunjangan pengangguran sebanyak 16.000 menjadi 187.000 untuk pekan yang berakhir 20 Januari 2024.
Namun, untuk ekspektasi pasar terhadap prospek the Fed memangkas suku bunga tahun ini pada bulan Maret nampaknya semakin turun.
Hingga perhitungan Jumat (25/1/2024), menurut perangkat FedWatch Tool oleh CME menunjukkan peluang menurunkan suku bunga hanya tinggal 48%, sudah jauh turun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai lebih dari 80%.
Selain itu, ketegangan politik dalam negeri kian memanas seiring dengan keretakan kabinet Indonesia Maju dan semakin dekat pemilu berlangsung.
Sebagai informasi, santer terdengar rumor akibat sikap Presiden Joko Widodo yang secara gamblang mendukung salah satu kandidat capres-cawapres, mendorong beberapa menteri di kabinet mempertimbangkan untuk mundur, termasuk Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimulyono.
Teknikal Rupiah
Rupiah masih dalam tren pelemahan secara teknikal dalam basis waktu per jam, dalam jangka pendek masih terbuka peluang rupiah semakin melemah ke resistance Rp15.950/US$. Nilai ini didapatkan dari horizontal line yang pernah diuji pada high candle intraday chart pada 27 Oktober 2023 lalu.
Berdekatan dengan posisi tersebut, peluang melemah ke level psikologis Rp16.000/US$ juga patut diantisipasi. Sementara itu, untuk support terdekat sebagai target penguatan jika ada pembalikan arah bisa mencemati posisi Rp15.760/US$, posisi ini berdekatan dengan garis rata-rata selama 20 jam (MA20). (AB001)
Foto: CNBC Indonesia Pergerakan rupiah Baca artikel menarik lainnya dari AMBONBISNIS.COM di GOOGLE NEWS |